BERAGAM JENIS ANEMON
LAUT PADA EKOSISTEM TERUMBU KARANG
SEBAGAI SUMBERDAYA POTENSIAL
DI PERAIRAN KEPULAUAN SPERMONDE INDONESIA
Oleh:
Syainullah Wahana, S.Pi. M.Si
Mahasiswa Jurusan Perikanan, Pascasarjana Universitas Hasanuddin
Makassar (http://pasca.unhas.ac.id/)
Email: (wahanalatambaga@gmail.com), (Enal_Clover06@yahoo.com)
Pendahuluan
Indonesia memiliki banyak potensi sumberdaya pesisir dan laut dibandingkan dengan Negara lain, karena wilayahnya yang mempunyai keanekaragaman tertinggi di dunia, menurut Supriharyono (2009) ekosistem sumberdaya perairan di wilayah pesisir diketahui sangat produktif. Salah satunya yaitu sumberdaya laut yang telah ada dan selalu dimanfaatkan sebagian masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil adalah anemon laut, karena merupakan salah satu komoditi perairan laut yang memiliki nilai ekonomis dan ekologis yang sangat penting.
Anemon
laut merupakan salah satu kelompok biota air laut yang biasa ditemukan di
daerah perairan laut tropis (http://id.wikipedia.org/wiki/Anemon_laut). Dunn (1981) menyatakan bahwa bangsa Actinaria
telah ditemukan dan tersebar di perairan Indonesia sebanyak 10 jenis yang
berdasarkan habitat dan kedalamannya. Secara umum biota tersebut biasa tersebar
di sekitar ekosistem terumbu karang, daerah berpasir, dan ada pula yang
tersebar di sekitar ekosistem padang lamun. Biota ini pula biasanya sangat disukai sebagai bahan makanan, terutama
di luar negeri antara lain Prancis, Jepang, Korea, dan Kepulauan Pasifik Bagian
Timur (Rifa’i, 2009). Nilai ekonomis
penting lain dari anemon laut adalah dapat dijadikan sebagai hewan pelengkap
pengisi akuarium air laut yang menyerupai bunga dan biasa di tempati oleh ikan Amphiprion untuk sebagai tempat
tinggalnya. Menurut Allen (1974), anemon
menjadi tempat hidup bersama bagi 26 jenis ikan hias Amphiprion termasuk 1 jenis Premas
biaculeatus. Anemon laut dan ikan
Amphiprion akan hidup dan tumbuh dengan apabila hidup bersama-sama, tetapi
apabila hidup sendiri-sendiri tanpa simbiosis mutualisme maka salah satu atau
keduanya akan terganggu pertumbuhan dan kelangsungan hidupnya (Allen 1975 dan
Randall et.al., 1990).
Pengan,
et.al. (2012) menyatakan bahwa
sebagai suatu habitat, terumbu karang merupakan kawasan yang kompleks, dimana
banyak dihuni oleh berbagai biota seperti colenterata (jenis-jenis karang batu,
karang lunak, dan anemon), krustasea (udang-udangan dan kepiting),
echonodermata (jenis-jenis lilia laut, bulu babi, ketimun laut), moluska, alga,
sponges, dan berbagai jenis ikan (termasuk ikan anemon). Yasir et.al., (2010) menyatakan yaitu salah
satu jenis ikan karang yang hidup di daerah terumbu karang adalah ikan-ikan
dari familia Pomacentridae, subfamilia Amphiprioninae. Selanjutnya, menyatakan
semua ikan dalam subfamilia Amphiprioninae hidup bersimbiosis dengan anemon
laut (Dunn, 1981; Fautin, 1991) dalam hubungan simbiosis mutualisme (Fautin dan
Allen, 1992) sehingga kelompok ikan ini juga dikenal sebagai ikan Anemon (Anemon
fish). Nilai ekonomis penting dari Anemon laut adalah dapat dijadikan sebagai
hewan pelengkap pengisi akuarium air laut yang menyerupai bunga dan biasa di
tempati oleh ikan Amphiprion untuk
sebagai tempat tinggalnya. Menurut Allen
(1974), Anemon menjadi tempat hidup bersama bagi 26 jenis ikan hias Amphiprion termasuk 1 jenis Premas biaculeatus. Anemon laut dan ikan Amphiprion akan hidup dan tumbuh dengan apabila hidup bersama-sama,
tetapi apabila hidup sendiri-sendiri tanpa simbiosis mutualisme maka salah satu
atau keduanya akan terganggu pertumbuhan dan kelangsungan hidupnya (Allen 1975;
Randall et.al., 1990). Maka dari itu
semua ikan anemon hidup bersimbiosis mutualisme dengan anemon tertentu (Allen,
1991 dalam Yasir et.al., 2010). Wahana (2011) dalam penelitiannya di pantai barat
pulau Barrang Lompo Makassar telah menemukan anemon laut bersama ikan anemon
simbionnya bukan saja hanya di kawasan terumbu karang namun juga ditemukan pada
hamparan luas padang lamun perairan yang kaya akan produktifitas perairannya. Pemanfaatan
sumberdaya non ikan seperti Anemon laut yang tidak dibarengi dengan upaya pengawasan
dan pelestarian, serta adanya aktifitas yang mencemari laut oleh masyarakat
sekitar menyebabkan adanya tekanan terhadap populasi dan habitat biota anemon
laut di alam. Anemon laut merupakan potensi daerah yang bisa menjadi ikon
wisata bahari di dalam suatu perairan dan salah satu sumberdaya perairan yang
bisa meningkatkan usaha pendapatan ekonomi masyarakat. Pemerintah pusat saat
ini kurang melirik atau memperhatikan potensi tersebut, belum sangat diperhatikan
dan di kelolah secara maksimal oleh pemerintah daerah. Tulisan ini nantinya
dapat berguna bagi peneliti-peneliti anemon laut selanjutnya sebagai informasi
ilmiah.
Perairan Spermonde (Sulawesi
Selatan, Indonesia). Terdiri dari sekitar 150 pulau dan terletak di ujung barat daya Sulawesi di pusat keanekaragaman
hayati laut, yang disebut ''
Coral Triangle' (Hawis et.al.,
2014). Selanjutnya menyatakan bahwa Kepulauan ini dipengaruhi oleh Indonesia
Through Flow (ITF) yaitu aliran perairan
yang saat ini sangat kuat, yang menghubungkan Samudra
Pasifik dengan Samudra Hindia.
Berpotensi meningkatkan penyebaran
organisme laut di Kepulauan Spermonde, meskipun interaksi
antara proses oseanografi dan
perilaku larva dapat
memungkinkan larva untuk tinggal
dekat dengan beberapa dari populasi
mereka. Penduduk Indonesia, sekitar
50.000 orang tinggal di Kepulauan
Spermonde dan sumberdaya terumbu
karang merupakan bagian penting
dari mata pencaharian mereka (Hawis et.al., 2014). Oleh
karena itu, terumbu ini di bawah ancaman dari berbagai
kegiatan antropogenik, termasuk
praktek penangkapan ikan yang merusak
habitat populasi organisme perairan di Kepulauan Spermonde.
Kurangnya informasi mengenai berbagai sebaran keragaman jenis, maraknya
ekploitasi jenis organisme untuk diperdagangkan, dan kondisi populasi organisme
yang berada di habitat alami pada setiap zonasi perairan Kepulauan Spermonde
khususnya biota anemon laut, kini lingkungannya makin tercemar dan rusak akibat
kegiatan antropogenik.
Penelitian
ilmiah mengenai analisis penyebaran organisme sangat penting untuk mengetahui
tingkat pengelompokan dari individu yang dapat memberikan dampak terhadap
populasi dari rata-rata per unit area dan menjelaskan faktor-faktor yang
berperan dalam suatu kasus (Rani, 2014). Alasan ini untuk mengetahui pola-pola
tersebut yang dapat membantu dalam mengambil keputusan tentang metode apa yang
akan digunakan untuk mengestimasi kepadatan atau kelimpahan suatu populasi
(Krebs, 1989). Di masa sekarang pemetaan dan model spasial dengan teknologi
penginderaan jauh (Inderaja) semakin berkembang melalui kehadiran berbagai
system satelit dengan berbagai misi dan teknologi sensor, untuk memperoleh
informasi atau fenomena alam melalui analisis suatu data yang diperoleh dari
hasil rekaman obyek, daerah atau fenomena yang sedang di kaji (Liffesand and
Keifer, 1994; Zakariah, 2009; dalam
Susiana, 2014).
Habitat mempunyai tiga peranan penting terhadap biota
antara lain sebagai tempat hidup, tempat berkembang biak atau reproduksi, dan
tempat pemasok sumber makanan. Peranan habitat sebagai tempat hidup ditentukan
oleh sifat fisika-kimia perairan tersebut, dan sebagai perubahan yang terjadi
pada sifat fisika – kimia air maupun sedimen akan mempengaruhi ekosistem. Kerusakan habitat dan populasi biota laut akibat aktifitas
manusia maupun sebab-sebab lain, akan memberikan dampak yang cukup serius, Sifat manusia yang mempunyai aktifitas merusak dan
mencemari lingkungan perairan tanpa memperhatikan kualitas lingkungan yang baik
bagi biota yang berada di dalam ekosistem perairan mengakibatkan adanya
kerusakan dan masukan limbah yang dapat menutupi lapisan substrat habitat
anemon laut dimana dapat mengancam populasi dan habitat anemon laut tersebut.
Permintaan ekspor anemon laut dan harga jual yang
makin tinggi yang menggiurkan bagi pendapatan masyarakat nelayan maupun
pengusaha ekspor anemon laut memungkinkan penangkapan anemon laut menjadi lebih
tinggi lagi yang bisa mengakibatkan penurunan populasi di alam. Namun belum
banyak informasi yang didapatkan mengenai penyebab penurunan populasi tersebut.
Oleh sebab itu perlu dilakukannya studi analisis sebaran spasial dan keragaman
jenis anemon laut, sehingga dapat menjadi dasar dalam strategi pengelolaan
sumberdaya anemon laut.
Deskripsi
Anemon Laut
Anemon laut adalah salah satu biota hewan air laut yang berbentuk bunga, sehingga dapat dikatakan bahwa karang dan anemon laut adalah anggota taksonomi kelas yang sama yaitu kelas dari Anthozoa. Mereka juga merupakan salah satu jenis karang dari filum Cnidaria dan Coelentrata. Masuknya anemon laut di filum Cnidaria karena Nybakken (1992) mengemukakan bahwa hewan ini memiliki cnide atau nematocyst, sedangkan Coelenterata didasarkan adanya hollow gut yang ditemukan pada rongga tubuh dan berhubungan dengan stomatch, paru-paru, intestine, system sirkulasi, dan lain-lain. Perbedaan karang dan anemon di lihat dimana karang menghasilkan kerangka luar dari kalsium karbonat, sedangkan anemon tidak (Rifai, 2009).
Selanjutnya menurut Simek (2006), secara umum anemon laut adalah polip yang merupakan hewan berkantung dan mempunyai tentakel serta mulut pada salah satu ujungnya dan pada ujung lain bagian bawahnya mempunya pedal disc yang secara khusus digunakan untuk melekat pada substrat dasar perairan. Anemon laut adalah polip yang di bawahnya memiliki kaki perekat, yang di sebut pedal disk. Menurut Fautin dan Allen (1997), Anemon laut merupakan binatang invertebrata yaitu binatang yang tidak memiliki tulang belakang. Anemon laut merupakan salah satu filum yang di kenal dengan nama Cnidaria atau Coelenterata. Pada bagian atas rongga tubuh ditemukan mulut yang dapat dilalui air, makanan dan gamet. Mulut tersebut dikelilingi oleh tentakel yang dapat mengeluarkan nematocyst yang berfungsi untuk melumpuhkan mangsanya. Tentakel ini selalu bergerak menangkap makanan dan setelah itu memasukkan ke dalam mulut. Selain itu digunakan sebagai pertahanan bagi pemangsanya. Menurut Rifa’I (2009) Anemon laut memiliki berbagai bentuk ukuran dan warna. Tubuhnya yaitu radial simetrik dan mempunyai tubuh columnar dengan satu lubang membuka berupa mulut yang di kelilingi oleh tentakel. Anemon laut secara umum biasanya memiliki ukuran diameter tubuh 1-4 inchi (2,5-10 cm), tetapi beberapa anemon ada juga yang dapat tumbuh mencapai diameter tubuh 6 kaki (1,8 m).
Jenis-Jenis Anemon Laut di Indonesia
Anemon laut umumnya tersebar luas di perairan Indonesia, sama halnya dengan anggota anthozoa lainnya. Dunn (1981) menyatakan bahwa terdapat 10 jenis anemon laut yang tersebar di perairan Indonesia yang terdiri dari 5 genera yaitu Cryptodendrum,
Entacmaea, Macrodactyla, Heteractis, dan Stichodactyla. Kesepuluh jenis ini adalah C. adaesivum, E. quadricolor, H.aurora, H. crispa, H. malu, H.
magnifica, M. doreensis, S. gigantea, S.haddoni, dan S.mertensii.
Deskripsi dan habitat
dari jenis Anemon laut menurut Fautin
dan Allen (1997) dan menurut (Dunn, 1981 dalam
Hadi, 1992) Bangsa Actinaria yang terdapat di perairan Indonesia dengan habitat
dan kedalamannya. (Sumber:www.osenografi.lipi.go.id) adalah sebagai berikut:
Jenis-Jenis Anemon Laut di Perairan Kepulauan Spermonde Sulawesi Selatan
Dalam suatu wilayah pesisir terdapat satu atau lebih sistem lingkungan
(ekosistem) dan sumber daya pesisir. Ekosistem pesisir dapat bersifat alami
ataupun buatan (man-made). Ekosistem alami yang terdapat di wilayah pesisir
antara lain adalah: terumbu karang (coral reefs), hutan mangrove, padang lamun
(sea grass), pantai berpasir (sandy beach), formasi pes-caprea, formasi
baringtonia, estuaria, laguna, dan delta. Sedangkan ekosistem buatan antara
lain berupa: tambak, sawah pasang surut, kawasan pariwisata, kawasan industry,
kawasan agroindustry dan kawasan pemukiman. Sumber daya di wilayah pesisir
terdiri dari sumber daya alam yang dapat pulih dan sumber daya alam yang tidak
dapat pulih, sumber daya yang dapat pulih pulih antara lain, meliputi: sumber
daya perikanan (plankton, bentos, ikan, moluska, krustacea, mamalia laut, dan
begitupun juga dengan anemon laut), rumput laut (seaweed), padang lamun, hutan
mangrove, dan terumbu karang. Sedangkan sumber daya yang tidak dapat pulih,
antara lain, mencangkup: minyak dan gas, biji besi, pasir, timah, bauksit, dan
mineral serta bahan tambang lainnya (Dahuri et
al., 2004)
Hubungan yang erat antara anemon dan ikan giru sering ditemukan di perairan
kepulauan spemonde mereka saling mengakrabkan diri bersama, memperlihatkan
kekompakan mereka berdua untuk hidup bersama. Di bawah laut, ikan giru selalu
terdapat bersama dengan anemon. Tetapi sebaliknya tidak semua anemon dihuni
oleh ikan giru, pengamatan Verwey di Teluk Jakarta menunjukkan bahwa anemon
tanpa ikan giru hidupnya kurang baik dibandingkan dengan yang mempunyai ikan
giru. Mereka akan memperlihatkan daya tahan yang lemah terhadap perubahan
lingkungan, sehingga begitu erat hubungannya dengan anemon. Hingga meskipun
anemon ini di angkat atau diambil, ikan giru tetap tidak akan melepaskan diri.
Sifatnya yang demikian justru membuatnya lebih mudah ditangkap oleh manusia
pemburu ikan hias (Nontji, 2005). Selanjutnya menjelaskan, bahwa setiap anemon biasanya dihuni oleh dua ekor ikan dari
jenis yang sama (Jantan dan Betina). Pada Amphiprion percula dan Premnas
biaculeatus terdapat perbedaan ukuran menurut kelamin, yang betina berukuran
lebih besar. Pada semua ikan giru, berkembang naluri yang sangat kuat untuk
menuntut dan mempertahankan wilayah teritorialnya. Ikan lain yang mencoba
memasuki teritorialnya akan dihalau. Giru yang agak besar seperti Premnas
biaculeatus dan Amphiprion ephippium malah tidak segan – segan menyerang
manusia yang mencoba mendekati wilayah teritorialnya.
Wahana (2011) telah menemukan anemon laut di pantai barat Pulau Barrang Lompo pada ekosistem terumbu karang dan padang lamun, ada juga anemon yang ditemukan di perairan berpasir. Beberapa Jenis Anemon Laut yang telah ditemukan selama penelitian berlangsung
(Wahana, 2015):
Stichodactyla haddoni
Stichodactyla haddoni adalah anemon laut yang sangat senang di daerah perairan yang tenang, sehingga anemon jenis ini sering ditemukan pada perairan yang tidak terlalu dipengaruhi oleh aktifitas arus dan gelombang perairan yang kuat. Mereka menghuni wilayah perairan arah Leeward, Di perairan kepulauan spermonde mereka sangat banyak ditemukan pada perairan yang berhabitat lamun - pasir. tetapi terkadang juga terlihat hidup di daerah karang mati berpasir pada kedalaman 3 m.
Stichodactyla haddoni
Stichodactyla haddoni adalah anemon laut yang sangat senang di daerah perairan yang tenang, sehingga anemon jenis ini sering ditemukan pada perairan yang tidak terlalu dipengaruhi oleh aktifitas arus dan gelombang perairan yang kuat. Mereka menghuni wilayah perairan arah Leeward, Di perairan kepulauan spermonde mereka sangat banyak ditemukan pada perairan yang berhabitat lamun - pasir. tetapi terkadang juga terlihat hidup di daerah karang mati berpasir pada kedalaman 3 m.
Stichodactyla
gigantea
Stichodactyla gigantea merupakan jenis yang sangat banyak
tersebar atau ditemukan di perairan kepulauan spermonde pada berbagai zonasi,
baik di ekosistem terumbu karang, padang lamun, maupun di perairan berpasir. Berikut,
Nontji (2005) menjelaskan bahwa anemon Stichodactyla
gigantea terdapat di perairan berpasir yang dangkal (1 – 5 m), berukuran
agak besar, diameternya 15 – 20 cm (bisa mencapai 50 cm), dan memiliki bentuk permukaan
yang bergelombang dan disebutkan bahwa jenis tersebut merupakan jenis anemon
pasir. Namun, Wahana (2011) dalam penelitiannya di Pulau Barrang Lompo Makassar
telah menemukan jenis anemon laut ini pada ekosistem padang lamun dan terumbu
karang. Jenis ini sering bersembunyi di lubang gua batu terumbu karang, mereka
juga bersimbiosis dengan jenis ikan terumbu karang yang unik dan menarik, yaitu
ikan Amphiprion percula
(Pomacentridae). Pengkajian tentang hubungan antara ikan giru dan anemon ini
sudah sejak lama dilakukan para ilmuwan, di Indonesia telah dilakukan antara lain
Sluiter (1888) dan yang lebih terperinci lagi oleh Verwey (1930) yang melakukan
pengematannya di Teluk Jakarta (Nontji, 2005).
Heteractis
aurora
Heteractis aurora merupakan jenis anemon yang sering
menarik perhatian para penyelam karena memiliki bentuk yang khas dan warna yang
cerah. Di perairan kepulauan spermonde, jenis anemon ini membenamkan diri pada
perairan berpasir yang juga ditemani oleh beberapa ikan kecil suku dari
Pomacentridae. Selama penelitian berlangsung di perairan kepulauan spermonde, jenis
anemon inilah yang hanya ditemukan di perairan berpasir, mereka agak jarang
ditemukan di ekosistem lainnya. Jenis ini mungkin merupakan anemon yang paling sering difoto karena
kehidupan yang menyendiri, memberikan warna dan bentuk di hamparan putihnya
perairan pasir.
Heteractis
magnifica
Heteractis magnifica merupakan jenis anemon yang memiliki
tentakel yang panjang berwarna kehijau-hijauan. Di perairan kepulauan
spermonde, jenis anemon ini membenamkan diri pada perairan terumbu karang yang
juga ditemani oleh beberapa ikan kecil suku dari Pomacentridae. Selama
penelitian berlangsung di perairan kepulauan spermonde, jenis anemon inilah
yang hanya ditemukan di ekosistem terumbu karang, mereka agak jarang ditemukan
di ekosistem lainnya. Ukuran, biasanya yang sering ditemukan yaitu berdiameter
20 – 50 cm. Jenis ini mungkin merupakan anemon yang memiliki bentuk dan warna
yang cemerlang, tidak suka bersembunyi dan tahan terhadap berbagai gangguan
(Nontji, 2005)
Entacmaea
quadricolor
Entacmaea quadricolor adalah jenis yang hanya sering di temukan
pada ekosistem terumbu karang, belum pernah ditemukan pada ekosistem perairan
lainnya. Mereka hanya berasosiasi di
terumbu karang, menempelkan pedal disknya di percabangan karang, lubang gua
batu karang, dan substrat keras batu karang. Tidak seperti jenis ikan giru
lainnya, giru bolong (Premnas biaculeatus)
hidup hanya pada jenis anemon ini saja Entacmaea
quadricolor, tidak pada anemon lainnya (Nontji, 2005). Selanjutnya
menjelaskan bahwa anemon ini hidup di lubang atau di celah – celah karang batu,
hingga hanya tentakelnya yang panjang saja yang terlihat memenuhi celah atau
lubang tersebut, jenis ini sangat peka bila terganggu tiba – tiba maka menarik
diri ke dalam lubang hingga tak terlihat.
Dokumentasi Kegiatan Bisa Di lihat Pada "Dokumentasi Kegiatan Usaha dan Kegiatan Penelitian Ilmiah" (wahanalatambaga.blogspot.com).
Temukan di jendela lain:
http://www.simplesite.com/builder/pages/preview3.aspx
http://biosains.mipa.uns.ac.id/C/C0902/C090203.pdf
https://ahsinrifai.blogspot.co.id/2016_08_01_archive.html
http://ejournal.unri.ac.id/index.php/JN/article/viewFile/2116/2082
https://instagram.com/enal_wahana/
Link Video Riset Anemon Laut
https://www.youtube.com/watch?v=ZwtbNlm7Ruc
https://www.youtube.com/watch?v=AY9266jAPN8&t=289s
Tidak ada komentar:
Posting Komentar