SELAMAT DATANG DI BLOGGER "SYAINULLAH WAHANA" SEMOGA BERMANFAAT ---(TERIMA KASIH)---

Selasa, 19 Mei 2015

Minggu, 03 Mei 2015

Takkan Ada Pemberdayaan Kekal dan Berkelanjutan di Pangkep Tanpa Melibatkan Perempuan

Oleh: Syainullah Wahana, S.Pi

Menulis untuk mengkisahkan perjuangan perempuan untuk melakukan kegiatan pemberdayaan dalam meningkatkan kualitas lingkungan dan sumber daya manusia.


Perempuan mengilhami sebuah pergerakan yang bekerja bersama dalam membangun sebuah desa atau wilayah, mengukir keindahan yang begitu khas dan mempesona di setiap pergerakan dan usaha – usahanya untuk dikenal dalam berbagai kehidupan di dunia. Berdampingan dengan kelompok laki-laki dengan begitu banyaknya permasalahan kualitas sumberdaya manusia. Penulis begitu sering mengamati keadaan wilayah pesisir yang begitu luas wilayahnya di Indonesia, pengamatan penulis yaitu salah satunya adalah perempuan di wilayah pesisir, mereka begitu semangat ketika diberi waktu untuk berbaur bersama kelompok untuk mengelolah sumberdaya pesisir diberbagai daerah karena mereka merasa perempuan menjadi pihak yang paling dirugikan dalam kemiskinan.

Perempuan begitu semangat dalam mengontrol sumberdaya alam pesisir, yang salah satunya adalah rumput laut. Perempuan yang menjadi anggota kelompok sebagian besar adalah istri nelayan dan janda yang masuk dalam kategori rentan. Dengan mengelolah bantuan yang digulirkan dari pemerintah, mereka bisa melaksanakan sebagai peran produksi yang sangat baik. Kini dengan adanya modal bantuan maka ekonomi keluarga pun meningkat, dan berdampak positif untuk keberlangsungan kehidupan keluarga.

Perempuan sangat aktif dalam berbagai pelatihan pemberdayaan masyarakat di wilayah pesisir, mendorong mereka untuk lebih percaya diri berpendapat dan mengutarakan gagasannya, hasil dampak positifnya yaitu dimana perempuan bisa mengakses dan mengontrol sumber daya pesisir, sehingga mereka bisa mandiri dan lebih berdaya lagi.

Sampul Kabar Pesisir Januari 2015, Oxfam Area Indonesia Timur
Diusai permasalahan wilayah pesisir yang memberikan peran khusus terhadap perempuan didalamnya untuk bekerjasama menyelesaikan permasalahan wilayah sumberdaya pesisir, penulis kini bercerita sedikit mengenai apa yang telah dibaca pada sebuah majalah kabar pesisir yang menjelaskan seorang tokoh inpirasi perempuan yang berjuang menghidupkan lahan tidur untuk dapat menjadi produktif serta memberikan contoh hidup sehat dengan bercocok tanam sayuran organik bersama kelompok masyarakat, dia bernama Sitti Rahma, Ketua Kelompok Pita Aksi yang berkegiatan dalam budidaya tanaman organik di desa Pitusunggu, Kecamatan Ma’rang, kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan. Dikediamannya Siti Rahma setiap hari menikmati kegiatannya di pagi dan sore hari dengan menyiram tanaman organik di pekarangan rumahnya yang begitu cukup luas, yang disulap dengan berbagai aneka tanaman sehat seperti tomat, sawi, bayam, kangkung, seledri, kacang tungga, daun bawang, cabe rawit, cabe hijau, kacang tanah, dan juga tanaman obat keluarga. Tanaman itu disusun dengan begitu rapi sehingga pengunjung atau masyarakat yang tertarik untuk melihatnya dapat nyaman di lingkungan pekarangan rumah ibu Sitti Rahma. Ini adalah salah satu contoh wanita yang mempunyai hak untuk berekspresi di halaman rumahnya yang membuat perubahan ke hal yang positif dan baik bagi kehidupan keluarga sehat mereka. Menciptakan sebuah keindahan untuk orang lain dan bermanfaat baik untuk di contohi bagi seluruh perempuan Indonesia.



Sitti Rahma Sedang Bercocok Tanam, Publikasi Foto Kabar Pesisir Januari 2015, Oxfam Area Indonesia.


Beralih ke dunia pendidikan, penulis mendapatkan sebuah berita inspirasi dari seorang perempuan Indonesia yang bernama Syarifah, dia adalah seorang guru sekolah dan dapat dikatakan pejuang kelompok perempuan yang berada dilingkungannya. Begitu sangat sibuk menggerakkan beberapa perempuan, dia berkunjung di setiap rumah – rumah untuk bercerita dengan ibu – ibu rumah tangga untuk tidak hanya bergantung di pundak suami, mengajari orang – orang yang bahkan tak kenal huruf dan angka untuk belajar berorganisasi. Kesehariannya Syarifah mengajar di sebuah madrasah swasta, berpenghasilan cukup yang hanya sebagai guru honorer, sedangkan dalam aktifitasnya di rumah Syarifah membantu suaminya untuk menyiapkan jaring alat tangkap kepiting dan udang. Kegelisahannya yang kini begitu berbaur dengan semangatnya untuk melakukan perubahan dalam meningkatkan taraf hidupnya, membuat Syarifah terpilih sebagai ketua kelompok organisasi warga dalam usaha perbaikan ekonomi masyarakat dusun Kekean, Tamarupa, Mandalle, Pangkep. Dengan usahanya itu yang berkeliling untuk mengajak perempuan maka terbentuklah kelompok usaha rumput laut “Kalaroang”. Di awali dengan dasar – dasar berorganisasi hingga ke praktik – praktik pengembangan usaha, maka dengan kelompok yang didirikannya bersama masyarakat juga dengan lembaga masyarakat swadaya yang membantuannya kini sudah mandiri dan berjalan dengan baik yang berhasil meningkatkan pendapatan rumah tangga anggotanya sebesar 1-2 juta per bulan.    

Syarifah Bersama Kelompok Pemberdayaan Perempuan Pangkep, Kabar Pesisir Januari 2015, Oxfam Area Indonesia Timur

Belajar dari beberapa kelompok Perempuan Inspirasi di Pangkep, dalam hidup dan kesehariannya dengan apa yang bisa diberikan demi lingkungannya. Penulis mengajak seluruh perempuan Indonesia harus tetap berekspresi, menjaga nilai-nilai berbudaya, moral, memiliki hati bersih dengan pikiran – pikiran positif dibenaknya dan totalitas yang semaksimal mungkin untuk terus berupaya menjadi lebih baik lagi. Berharap dengan perubahan buat kita ataupun untuk generasi wanita – wanita Indonesia kedepannya.

Sumber Ringkasan Tulisan:
Oxfam. 2015. Kabar Pesisir “Restorasi Penghidupan Pesisir”. Buletin Area Indonesia Timur. Makassar.

Jumat, 01 Mei 2015

MASYARAKAT NELAYAN DAN LAUTANNYA

 

Oleh: Syainullah Wahana, S.Pi

Rakyat yang begitu peduli dengan lautnya, namun ada yang begitu sering merusak lautnya. Banyak yang menuduh nelayanlah dalangnya, mereka begitu berkoar-koar menyerukan bahwa nelayanlah yang merusak laut dengan bom, bius, atau menggunakan alat yang tidak ramah lingkungan untuk menangkap ikan yang begitu melimpah di bawah laut. Kadang penulis merasa itu adalah sebuah himbauan yang memaknai bahwa nelayan kita tidak memiliki hati dan perasaan dalam mencari sesuap nasi bagi kebutuhan hidup sehari-hari keluarga mereka. Begitu burukkah potret nelayan kita?

Tak pernah kita pungkiri bahwasanya dunia nelayan yang penuh terjangan ombak di saat mereka berlayar mengayuh kapal di tengah lautan demi sesuap nasi. Mencari ikan yang banyak membuat keluarga mereka sangat senang karena telah memberikan lebih nafkah keluarga yang menantinya di daratan pulau.

Anak-anak pulau begitu bergembira bermain di pesisir pantai, bersama menikmati waktu. Cinta keluarga itu penuh harapan yang begitu kuat walaupun bapaknya yang sedang melaut entah bagaimana kabarnya. Ibu yang terus memasak yang memberikan anaknya makanan layak dan bergizi untuk anaknya, dan terus berdoa untuk suami tercinta yang sedang mencari banyak ikan di tengah lautan berharap tanpa merusak rumah ikannya.

Dok. Pribadi Penulis
Sekelompok Anak Nelayan Lagi Bermain di Pesisir Pantai, Pulau Badi  (Dok. Pribadi Penulis)


  















Mereka bercanda bersama, menuangkan kreativitasnya di pasir putih pesisir pantai. Berharap cita - cita mereka terwujud, menggapai mimpi setinggi-tingginya, hasrat yang begitu kuat untuk bisa kembali lagi ke pulau mereka jika telah sukses menempuh impian mereka masing - masing. Jadilah seorang penyelamat nelayan jika engkau besar nanti karena dirimu besar di daratan pulau kecil yang unik, begitu melimpah sumberdaya alam anugera Tuhan, kami butuh calon - calon penerus bangsa penyelamat masyarakat nelayan yang dirusak namanya karena menangkap ikan dengan tidak ramah lingkungan

Semangat itu membara, ayah yang penuh tanggung jawab besar agar anaknya nanti bisa menjadi orang yang sukses dan di hormati bagi seluruh rakyat, penuh dengan kenangan yang indah di saat itu, melakukan pemberdayaan masyarakat tanpa kenal lelah. Menjadi penjuang nelayan yang tangguh gagah berani mempertahankan tanah air pulau tempat mereka dilahirkan. Pengelolah sumberdaya perairan laut yang adil dan makmur, bijaksana dalam bersikap. Menerangi setiap langkah masyarakat pulau menuju kesejahteraan yang mandiri dan kuat di saat menerjang ganasnya lautan dan banyaknya politik kotor, serta penjahat - penjahat yang merusak nama baik nelayan.

Ini hanyalah sebuah tulisan, yang mungkin tidak teratur. Namun penulis membuat ini, untuk menuangkat hasrat nelayan yang ingin berharap keluarganya dapat memaknai hidup yang begitu keras di lautan sana, namun tekad itu terus ada untuk istri dan anaknya tercinta, generasi penerus bangsa yang berpendidikan dan bisa merajai lautan biru cerah.

Penumpang Kapal Menuju Pulau Badi Kepulauan Spermonde Makassar (Dok. Pribadi Penulis)

 

Festival Pasar Rakyat Lambocca Bantaeng “Pasar Sejahtera” Menarik dan Kreatif


Berita kunjungan telah diinformasikan sebelumnya di “Blog Kompasiana”, serangkaian acara akan diadakan, tidak ingin melewatinya para “Kompasianer Sulawesi selatan” bersegerah melakukan registrasi kunjungan acara “Festival Pasar Rakyat” di Pasar Lambocca, Bantaeng pada hari Senin, 27 April 2015. Para kompasianer barengan bersama Kevin Anandhika Legionardo (Kompasiana Content dan Community Officer) dan Dieki Setiawan (Marcomm Executive Kompasiana)  dengan dari beberapa “Kompasianer yang berada di Makassar”, ada juga yang sudah menetap berada di Bantaeng, seakan menunggu kedatangan teman kompasianer untuk NguBar (Ngumpul Bareng) dan NgoBar (Ngopi Bareng) bersama setelah acara festival. Dini hari Pukul 03.00 wita, penulis dan rekan lainnya sebagai tim “Kompasianer Sulawei Selatan” beserta Tim Kompasiana dari Jakarta” berangkat menuju Bantaeng dari bandara Hasanuddin Makassar dengan mobil mini bus yang telah disiapkan oleh tim kompasiana sebelumnya. 

Senin pagi yang cerah 27 April 2015, disambut dengan suara gemuru pantai yang akan terlihat pemandangan laut dari jalan poros Makassar – bantaeng yang kami lalui, lingkungan bersih dan udara angin segar terasa dari jendela mobil kami, masyarakat bantaeng yang sibuk dengan berbagai aktifitas mereka di halaman rumah mereka masing-masing, mereka seakan ingin menyelesaikan semuanya sesegera mungkin dan bersegera menuju pasar Lambocca. Pasar ini tidak seperti pasar yang biasa kami lihat di berbagai pasar yang penuh dengan sampah yang berserakan di lingkungan pasar, ketidakteraturan tempat jualan, kotor, dan aroma bau yang tak sedap menyengat, sehingga membuat kita makin tidak tertarik ke pasar tradisional tersebut. 

Sangat berbeda sekali dari beberapa pasar tradisional yang penulis telah kunjungi sebelum – sebelumnya di wilayah Sulawesi Selatan, suasana pasar rakyat tradisonal modern tersebut yaitu di pasar tradisional Lambocca Kabupaten Bantaeng ini. Begitu meriahnya pasar di pagi hari itu, sehingga masyarakat sangat yakin berbelanja tanpa ragu, hari itu adalah hari dimana masyarakat pasar akan mendapat kunjungan dari pimpinan pemerintah daerahnya yaitu sebuah sosok pemimpin yang dikagumi masyarakat bantaeng dan sekitarnya, mereka mengakui kerja kerasnya dalam membangun Kabupaten Bantaeng ini, diawal masa kepemimpinannya hingga sekarang. Semua bersama – sama memeriahkan acara festival pasar rakyat, berbelanja perlengkapan kebutuhan sehari – sehari masyarakat, belanja bahan makanan, ada juga berbagai kemeriahan warga bantaeng yang mengikuti perlombaan meriah di selah-selah acara yang memperlihatkan salah satu program percontohan pasar tradisional di Indonesia, SEJAHTERA itu singkatan dari Sehat, Bersih, Hijau, dan Terawat. Merupakan Program kegiatan dari “Yayasan Danamon Peduli” didukung dengan kerjasama “Pemerintah Daerah Kabupaten Bantaeng Sulawesi Selatan” yang mencanangkan sebuah perubahan pasar tradisional menjadi modern dan tak merubah makna dari kata pasar tradisional tersebut. Gerakan bersih, sehat, hijau lestari, dan terawat adalah sebuah kegiatan yang patut dicontohi dari beberapa wilayah, memberikan penghargaan bagi setiap daerah yang ingin memulai dengan konsep serupa. 

Tim Kompasianer Sulawesi Selatan dari awal sampai ke lokasi pasar Lambocca Bantaeng, mengikuti seluruh rangkaian acara festival dan melihat itu sebagai kegiatan yang berbeda dari kesehariannya. Sebagai penulis, patut kita sadari bahwa sebuah publikasi yang seperti ini sangat baik untuk disebarluaskan dalam media sosial dan dapat dilihat sebagai contoh program terbaik bagi masyarakat daerah dan ini menjadi pengalaman tersendiri bagi penulis, juga bagi seluruh Kompasianer Indonesia, dapat menceritakan pengalaman akan keunggulan wilayah daerahnya masing – masing dalam berbagai aktifitas menciptakan suasana meriah dari pasar tradisional mereka. Bersama yayasan Danamon Peduli yang di wakili oleh ibu Restu Pratiwi (Ketua dan Direktur Eksekutif  Yayasan Danamon Peduli) dan dilanjutkan dengan sambutan dari bapak Dalman Mangiri (Regional Corporate Officer Danamon untuk Wilayah Sulawesi, Maluku, dan Papua) turut senang dan mendukung secara penuh acara ini. Program – program Yayasan Danamon Peduli bertujuan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan yang bermanfaat langsung pada masyarakat dan melibatkan relawan dari lingkungan keluarga besar Danamon. Dengan melaksanakan Program Pasar SEJAHTERA dari Yayasan Peduli Danamon ini, maka masyarakat bisa bekerja maksimal dengan melakukan aktifitas bersih – bersih terlebih dahulu disekitaran lingkungan pasar sebelum pedagang menjajahkan barang dagangan mereka atau aktifitas jual beli yang akan berlangsung. Bersama Pemerintah Daerah, Yayasan Peduli Danamon dan pihak – pihak terkait yang mendukung kelancaran kegiatan ini yakni mengadakan berbagai lomba-lomba, seperti lomba memasak antar pedagang, melukis tong sampah untuk pelajar sebagai generasi pelanjut akan cinta lingkungan dan dapat menjaga kelestarian lingkungan, acara panggung hiburan rakyat dari arah gerbang pintu depan masuknya pasar dan bazar dari usaha kelompok masyarakat lokal bantaeng, diikuti dengan acara lainnya yang juga tak kalah memeriahkan pasar tradisional lambocca di pagi hari itu, seorang chef terkenal hadir dan berbaur keliling melihat tim lomba masak antar pedagang, juga memperlihatkan keunggulannya memasak sajian makanan di depan seluruh masyarakat, bersama pemerhati kuliner lainnya, terlihat juga bapak Arief Parikesit (Relawan Setia Pasar Rakyat) yang berbaur dengan masyarakat. 

Selanjutnya, penulis mencoba mengingat kembali dan memahami arah pembicaran ibu Dr. Ekowati Rahajeng SKM, M.Kes (perwakilan dari Kementerian Kesehatan) yang juga telah memberikan sambutan kepada warga pasar di festival pasar rakyat lambocca, dari beberapa kunjungannya di acara Festival Pasar Rakyat Tradisional, mengungkapkan kesenangannya berkeliling di pasar – pasar tradisional dan kini di Bantaeng, dia melihat dari beberapa masyarakat lokal mengabdikan dirinya sebagai petugas relawan kebersihan pasar lambocca, maka dengan itu pasar tersebut dapat terlihat bersih dan sehat setiap hari. Ketertarikan pasar ini makin lebih terlihat pada saat ibu Dr. ekowati meresmikan bagian “Los Basah” pasar lambocca yang disaksikan oleh bapak Bupati Bantaeng, bersama kelompok masyarakat yang datang untuk menghadiri acara peresmian ini yang terlihat begitu rapih tata letak tempat berjualan ikan dan terlihat kebersihan pasar bagian los basah tersebut. Nampak, tak ada air bekas pencucian ikan dan daging basah lainnya yang tertinggal di saluran pembuangan dan di lantai pasar yang tetap bersih tidak terlihat becek dan kotor, hal yang unik juga menarik perhatian penulis yaitu tidak ada air yang tertinggal di sekitaran lorong – lorong pasar akibat guyuran air atau hujan karena di setiap pinggiran setapak lorong pasar telah dibuatkan lubang-lubang biopori. Dalam Program “Hijau” biopori berfungsi mengurai genangan air akibat rembesan hujan dan membuat persediaan air di dalam tanah di saat musim kemarau panjang. Terdapat bangunan klinik sarana kesehatan di dalam pasar yang menjadikan pasar ini berbeda dari pasar lainnya, di sudut bangunan terdapat toilet yang bersih dan di jaga oleh petugas kebersihan pasar yang ramah senyum dan dapat menjamin kebersihan toilet pasar. Di ujung sudut kiri dari arah pintu masuk bagian pasar terdapat tong sampah besar yang agak berjauhan dari tempat jualan, sehingga tidak tercium bau aroma sampah pasar tersebut, sedangkan di ujung sudut kanan dari arah pintu masuk bagian pasar terbangun Masjid yang cukup luas untuk bagi warga islam bantaeng melaksanakan ibadah sholat 5 waktu dalam sehari.  

Tidak jauh dari jarak atas panggung di dalam bangunan tengah keramaian pasar. Penulis hadir sebagai komunitas blogger dan teman lainnya yang begitu aktif sebagai penulis di media sosial Kompasiana turut berpartisipasi, duduk bersama dengan seluruh kelompok masyarakat bantaeng dan juga tim kreatif yang telah hadir di acara ini, secara rapi dan teratur di dalam tenda teduh, di bawah pepohonan rindang. Bersama mendengarkan bapak Prof. Dr. Ir. H. M. Nurdin Abdullah, M.Agr (Bupati Bantaeng) berbicara mengenai perkembangan bisnis kreatif masyarakat di Kabupaten Bantaeng yang ditemani seorang pekerja senior kreatif Indonesia bapak Handoko Hendroyono yang baru saja meliris sebuah film layar lebar sebagai produser berjudul “Filosofi Kopi” ini juga turut hadir memeriahkan acara festival pasar rakyat, untuk menggali potensi kopi lokal Bantaeng yang menurut masyarakat lokal memiliki ciri khas tersendiri. 

Kesan penulis dari jelajah pasar tradisional tersebut, dengan para kompasianer ini sangat menarik. Jika kegiatan ini terus diperhatikan maka pemerintah, pedagang dan masyarakat baik kelas atas dan bawah akan terus berbaur dalam pasar tradisional ini, acara juga akan menciptakan suasana aman, sehat dan lestari. Kini masyarakat yakin bahwa tidak ada sekat – sekat lagi diantara sesama mereka, jalinan silaturahmi dan persudaraan makin dekat antar sesame, kelompok masyarakat dan dapat menciptakan lingkungan yang hijau dan bersih. Bisa jadi kegiatan seperti ini akan menjadi contoh dalam gerakan pemersatu bangsa dan peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal.

Begitu meriahnya acara hingga akhir acara festival ini, kemitraan juga terjalin di festival pasar rakyat dengan bergabungnya media social Kompasiana, serta beberapa perusahaan industri seperti Kecap Bango, Kelana Rasa, Pulpen PILOT dan MP Pro. Penulis berharap kegiatan ini diperhatikan sebagai kegiatan rutin masyarakat khususnya bagi warga bantaeng, menarik dan mengajak kalangan lainnya untuk membuat acara di festival pasar rakyat selanjutnya yang lebih meriah lagi kedepannya. 

Foto Bersama Kompasianer Sulawesi Selatan, Panitia Kompasiana, Bapak Bupati Bantaeng
Sumber: Ambae "Pertama dari Sebelah Kiri (Kompasianer SulSel) di Kantor Bupati Bantaeng.



Beberapa Kompasianer Sulawesi Selatan yang berada di kerumunan warga bantaeng, duduk sedang mengamati acara Festival Pasar Rakyat Lambocca Bantaeng
Sumber: Ambae (Kompasianer SulSel) di Kantor Bupati Bantaeng.


Foto Bersama Penerima Piagam dari Bupati Bantaeng, Dok. Pribadi Penulis