Oleh: Syainullah Wahana, S.Pi, M.Si
Desa Waprea, 13 Maret 2016. Kabupaten Buru. Muluku.
Indonesia memiliki banyak
sumberdaya nelayan yang memenuhi standar perdagangan adil yang kini terkenal
dalam pasar global dan sebagian besar mereka telah terdaftar menjadi anggota
nelayan Fair Trade, keaktifan mereka sebagai nelayan yang tersertifikasi Fair
Trade merupakan aktifitas perdagangan yang sama-sama menguntungkan kedua bela
pihak dalam melakukan aktifitas jual beli, sehingga ketika para konsumen
membeli sebuah produk label bersertifikasi Fair Trade maka mereka mengetahui
bahwa para nelayan dan pekerja yang menghasilkannya mendapat imbalan yang adil
untuk kerja keras mereka. Salah satu wilayah yang menjalankan program tersebut
berada pada kawasan Indonesia timur Kabupaten Buru, Maluku. Pencapaian mereka memperlihatkan
hasil positif untuk lingkungan sosial dan kesejahteraan mereka yang meningkat selama
bergabung dan terdaftar sebagai nelayan Fair Trade. Selama program Fair Trade terus
berjalan pada lingkungan masyarakat nelayan mereka konsumen para pembeli produk
hasil tangkapan dari nelayan Fair Trade akan terus merasakan manfaat dari
kehadiran program Fair Trade di lingkungan nelayan kecil yang ramah lingkungan
dan menilai nelayan yang terdaftar sebagai anggota nelayan Fair Trade
mendapatkan harga dan upah yang lebih baik, kondisi kerja yang lebih aman,
perlindungan lingkungan, dan tambahan premium yang secara langsung ke
lingkungan nelayan Fair Trade itu sendiri, distribusi dana premium ke kelompok
nelayan Fair Trade terlihat secara nyata baik dalam bidang pendidikan, program perbaikan
bangunan atau jalan stapak desa di lingkungan nelayan Fair Trade, pelayanan
kesehatan, pengadaan air bersih, ataupun pemenuhan kebutuhan nelayan Fair Trade
ketika melaut yaitu seperti pengadaan GPS, Pisau Loin dan Jacket Pelampung atau
obat-obatan untuk keselamatan pertolongan pertama pada saat terjadi kondisi
yang tidak diinginkankan pada saat di laut.
Saya adalah salah satu staff MDPI
yang telah di kontrak dan bekerja mulai bulan Oktober 2015 hingga sekarang
Maret 2016, melihat secara langsung
proses program premium Fair Trade dapat berjalan dengan baik di wilayah kerja
Pulau Buru bagian Utara, memastikan praktek pengelolaan perikanan berkelanjutan
diterapkan dengan benar untuk menggambarkan stok ikan, memastikan saran
penangkapan mematuhi pedoman keberlanjutan dan pencegahan serta berusaha
mensukseskan beberapa program lainnya yang sedang berjalan di wilayah kerja
Buru Utara.
Beberapa staff MDPI bertanggung jawab mengumpulkan dan melaporkan data
sampling mereka (Staff Sustainability Fasilitator). Proses pengumpulan data
untuk perikanan Handline Skala Kecil dikembangkan oleh Masyarakat dan Perikanan
Indonesia (MDPI) dan program IMACS di bawah naungan USAID. Seperti inilah kinerja
staff MDPI program sustainability, melakukan sesuai standar operasi pendataan
yang meliputi berbagai aspek dari proses pengumpulan data, mereka melakukan pencatatan
form sampling pengukuran hasil tangkapan nelayan dan wawancara aktifitas
nelayan pada saat melaut hingga pulang melaut. Di beberapa tempat pendaratan
kapal nelayan Fair Trade Mereka melakukan sampling dan menganalisis
keberlanjutan sumberdaya ikan tuna sebagai tangkapan utama (Ukuran ikan <10
Kg / >10 Kg) dan ikan tangkapan lainnya untuk dapat konsumsi, memberikan
kemudahan nelayan untuk mendapatkan informasi stok tangkapan mereka dan memaksimalkan
keuntungan yang mempertimbangkan batas-batas ekologis, menjelaskan bagaimana
sumberdaya laut itu harus tetap terjaga kelestariannya sehingga ikan laut
selalu ada dan dikemudian hari kelak ikan tidak terjadi overfishing akibat
tangkapan nelayan yang terus meningkat sehingga tercapainya keberlanjutan yang
diperlukan untuk sertifikasi ramah lingkungan yang nantinya meningkatkan daya
saing di pasar global. Pemerintah, Para
peneliti, atau pengelola perikanan kelak mempergunakan informasi untuk memantau
kepatuhan pada peraturan yang telah ditetapkan sehingga membantu pelaku industry
perikanan tangkap menghasilkan produksi yang berkelanjutan.
Beberapa Program lain yang kini
berjalan cukup lama membutuhkan pendampingan terus menerus oleh staff lapangan yang
kemudian selalu bersama nelayan dimana secara langsung mendampingi proses
distribusi bantuan premium kepada anggota kelompok nelayan Fair Trade, proses
pendampingan kepada nelayan Fair Trade dalam memantau penandaan ikan dan turut
berperan serta secara langsung dalam memberikan pemahaman kepada nelayan agar menjaga
kualitas produk ikan tuna dan ikan tangkapan lain dapat selalu tetap aman untuk
di konsumsi. Nelayan Fair Trade merasakan langsung kondisi kerja, klayakan hidup
yang aman dan harga yang adil untuk hasil kualitas ikan yang bagus dimana para
nelayan dapat menggunakan premium perdagangan yang adil untuk berinvestasi
dalam program peningkatan kesejahteraan masyarakat nelayan itu sendiri.
Salah satu pencapaian atas
kehadiran dan dikenalnya nelayan Fair Trade pada dunia pasar global yaitu
dimana mereka harus melakukan atau menerapkan pencatatan bila mana adanya
interaksi hewan ETP pada saat mereka melaut dan kemudian mencatat hasil
tangkapan mereka itu sendiri setelah pulang melaut atau menangkap ikan karena tuntutan
sebagai anggota Kelompok Fair Trade yaitu dengan mengikuti kriteria perdagangan
yang adil meliputi pengelolaan sumberdaya yang bertanggung jawab dan
perlindungan ekosistem. Kehidupan kelompok nelayan Handline wilayah buru utara
sangatlah penting akan sumberdaya ikan Tuna yang kini meningkatkan perekonimian
mereka, selain mempertahankan mutu kesegaran ikan diatas kapal hingga ketempat
pendaratan ikan, kini mereka juga makin dikenal dalam perdagangan adil, baik di
dalam negeri maupun luar negeri juga karena keaktifannya melakukan pendataan
sendiri, melakukan pelestarian lingkungan dan perlindungan biota laut yang
hampir terancam punah. Dampak positif akan program tersebut membantu nelayan
mengetahui informasi akan pentingnya pengelolaan sumberdaya ikan laut yang
berkelanjutan.
Aktifitas penangkapan ikan oleh
nelayan yang mengabaikan jenis ikan hewan ETP atau hewan yang dilindungi dan
terancam punah akan membuat ekosistem dibawah laut tidak seimbang karena ketika
ada beberapa hewan tersebut terancam punah dan hilang dari perhatian kita maka
jaringan rantai makanan akan terputus dan akan sangat mempengaruhi sistem
rantai makanan ikan di laut. Hewan – hewan ETP ini jika bukan nelayan yang
mengambil alih pendataan tersebut maka akan sangat sulit memastikan data
penangkapan hewan ETP yang terjadi dilaut, sehingga memang seharusnya kelompok
nelayan Fair Trade kini harus sangat berperan aktif untuk dapat merealisasikan
pendataan dilapangan secara langsung karena merekalah peran utama dalam
aktifitas penangkapan ikan, nelayan melakukan pencatatan interaksi beberapa hewan
ETP tersebut karena merekalah nelayan yang sering mendapatkan atau melihat itu
secara langsung bagaimana interaksi tersebut terjadi pada saat melaut.
Pendataan hewan ETP yang
dilakukan oleh kelompok nelayan Fair Trade dimana selain memastikan ikan hewan
ETP apa saja yang tertangkap oleh nelayan, pendataan juga sangat penting untuk
memenuhi standar pencapaian program Fair Trade dalam memberikan pemahaman
secara langsung kepada nelayan terhadap jenis hewan yang betul-betul harus dijaga
dan hewan yang sudah harus dilindungi.
Untuk itu Yayasan Masyarakat dan
Perikanan Indonesia telah berusaha memberikan acuan program tersebut terlebih
dahulu oleh staff MDPI di kantor MDPI yang beralamatkan di Ambon dimana telah
didiskusikan bersama dengan beberapa staff lapangan agar pemahaman nantinya
begitu jelas ketika staff lapangan menjelaskan ke kelompok nelayan sehingga pada
saat itu staff lapangan lebih terarah ketika berdiskusi bersama kelompok
Nelayan. Pencapaian kegiatan pendampingan di lapangan nantinya dapat mengaktifkan
kelompok nelayan Fair Trade dalam mengerjakan atau mengisi form catatan ETP
nelayan dan catatan aktifitas nelayan Fair Trade sehingga selalu terus aktif
diisi oleh nelayan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar